BAB 1. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling sempurna. Yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Allah yang
lain adalah kita memiliki akal (pikiran) dan perasaan. Dengan akal dan
perasaan, manusia akan selalu menciptakan segala sesuatu yang membantu dan
mempercepat kinerja manusia, dapat membedakan baik dan buruk, memiliki kehendak
dan keinginan, dan menjadikan manusia memiliki pola kehidupan bersifat material
dan spiritual.
Akal dan perasaan manusia akan
membentuk suatu kebudayaan di daerah yang di tinggali. Dan setiap populasi
manusia memiliki perbedaan pola fikir dan perasaan sesuai di daerahnya
masing-masing, sehingga kebudayaan di masing-masing daerah itu berbeda-berbeda.
Kebudayaan tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses
belajar yang cukup lama.
Kebudayaan merupakan ciri khas yang dimiliki
oleh setiap daerah. Sebagai contoh, jika saya katakan “tari Saman” apa yang
langsung Anda fikirkan? Yaa, pastilah kita terfikir tentang tarian tersebut
berasal dari Aceh, begitupun dengan
kebudayaan yang lain.
Dan pada tugas akhir Ilmu Sosial Budaya Dasar atau yang sering kita dengar
dengan sebutan ISBD, saya mencoba untuk memperkenalkan Kabupaten tempat tinggal
saya dan salah satu kebudayanya, yaitu tari Kejei yang merupakan tarian sakral
dari Rejang Lebong. Saya berharap, teman-teman yang berada di provinsi lain
dapat mengetahui secara garis besar tentang daerah tempat tinggal saya
tersebut.
2. Rumusan
Masalah
a. Dimanakah
Kabupaten Rejang Lebong?
b. Apa
keguanan tari Kejei?
c. Apa
saja misteri atau mitos yang berkembang tentang tari Kejei?
d. Alat
music apa saja yang digunakan untuk mengiringi tari Kejei?
e. Pakaian
dan aksesoris apa saja yang dikenakan oleh para penari Kejei?
f. Bagaimana
pola lantai dari tari Kejei?
g. Apa
saja yang terdapat pada Balie Kejei, sebagai tempat untuk melaksanakan tari
Kejei?
h. Apa
yang dilakukan pemerintah daerah dalam membumikan tari Kejei di tanah Pat
Petulai (Rejang Lebong)?
3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui lokasi kabupaten Rejang Lebong
b. Untuk
mengetahui kegunaan tari Kejei
c. Untuk
mengetahui misteri atau mitos yang berkembang tentang tari Kejei
d. Untuk
mengetahui berbagai alat music yang digunakan untuk mengeringi tari Kejei
e. Untuk
mengetahui pakaian dan aksesoris yang dikenakan oleh para penari Kejei
f. Untuk
mengetahui pola lantai tari Kejei
g. Untuk
mengetahui apa saja yang terdapat pada balie kejei
h. Untuk
mengetahui upaya pemerintah untuk membumikan tari Kejei di tanah Pat Petulai
BAB 2. PEMBAHASAN
1. Rejang
Lebong
Rejang lebong merupakan salah satu dari kabupaten di
Provinsi Bengkulu, dan terletak di pegunungan Bukit Besar. Rejang Lebong
memiliki luas wilayah sekitar 1.515,76 kilo meter persegi yang didiami oleh
246.378 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Rejang Lebong adalah
sebanyak 163 orang per kilo meter persegi.
Penduduk asli terdiri dari suku Rejang dan suku
Lembak. Kabupaten Rejang Lebong memiliki
15 buah kecamatan yang masih dalam pengembangan. Sebelah utara berbatas dengan
Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas, sebelah Selatan dengan kabupaten
Kepahiang, sebelah timur berbatas dengan kabupaten Lebong dan propinsi Jambi,
sedangkan sebelah barat berbatas dengan kebupaten Lahat.
Ibukota kabupaten
adalah Curup. Terletak 85 km dari kota Bengkulu. Sebagian besar mata pencarian
penduduk adalah bertani dan berdagang. Daerah yang terlekat di sekitar bukit Kaba
merupakan pusat sayur mayur di kabupaten Rejang Lebong dan ada pula yang
bekerja sampingan membuat gula merah, sedangkan di Curup banyak aktifitas
masyarakat sebagai pedagang.
Cukup banyak kebudayaan
yang terdapat di kabupaten Rejang Lebong ini, salah satunya adalah tari Kejei,
dan saya sendiri merupakan salah satu penari tarian daerah tersebut.
2.
Kegunaan Tari Kejei
Tari kejei ini biasanya digunakan untuk merayakan
pernikahan, khitanan, panen raya, dan kegiatan-kegiatan lain yang berbau
kedaerahan. Pada saat pernikahan, pengantin pria dan wanita dianjurkan untuk
mengikuti tarian ini. Pengantin berada di tengah-tengah para penari, tepatnya
berada diposisi ketiga jika jumlah penarinya ada 4 orang.
Penari
Kejei
3.
Misteri Tari Kejei
Tari Kejei adalah
tarian yang paling terkenal di daerah Rejang Lebong dan merupakan tarian yang
sakral. Gerakan tarian ini sangatlah sederhana, dan berbeda dengan gerakan
tarian pada umumnya. Gerakan tari Kejei ini tidak boleh terlalu gemulai untuk
penari wanitanya, sedangkan untuk penari prianya haruslah menunjukan kegagahan.
Mungkin dalam 3 kali latihan kita sudah hafal semua gerakan tarian ini.
Tarian ini di bawakan oleh para pemuda dan
pemudi yang tidak dalam satu suku. Sebelum dan sesudah menampilakan tari Kejei,
di adakan ritual terlebih dahulu, yaitu pemotongan tebu hitam dan diberikan
“langir” yang telah diberikan mantra oleh seorang sesepuh sebelum memulai
tarian.
Dan ada beberapa mitos yang berkembang tentang
tarian ini, yaitu: penari haruslah remaja dalam keadaan perjaka dan perawan.
Jika ada salah satu dari penari tidak perjaka atau perawan lagi, maka kulintang
sebagai alat music pukul sederhana yang mengiringi tarian tersebut akan pecah.
Saya masih teringat
cerita dari guru kesenian di SMA sekaligus sebagai pelatih penari kami. Pada
saat itu beliau mencoba merubah gerakan tarian daerah tersebut dengan
menambahkan dengan tarian kreasi dan diberi nama tarian Raflesia, tetapi pada
saat penampilannya, salah satu penari wanita mengalami kesurupan, dan akhirnya
meminta tumbal seekor ayah hitam yang dipotong kemudian diletakkan di bukit Kaba.
Bukan hanya itu, beliau
juga pernah mendapatkan pengakuan dari salah satu penarinya. Setelah selesai
tampil menari, dia mengaku tidak merasa melakukan gerakan-gerakan tarian,
tetapi badannya terasa digerakan oleh makhluk halus. Dan ternyata wanita
tersebut melanggar salah satu syarat dalam melakukan tarian ini, yaitu haruslah
dalam keadaan suci.
Dibalik misteri dari
tarian ini, ternyata pada saat ini masih ada perbedaan gerakan tarian dari
setiap kelompok atau sanggar tari. Walau pun pada dasarnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Rejang Lebong telah menetapkan gerakan-gerakan yang
terdapat pada tari Kejei ini.
4.
Alat Music Pengiring Tari Kejei
Gong, kulintang, dan
redap merupakan alat music khas tradisional suku Rejang, yang dari jaman dahulu
kala sudah di pakai pada music pengiring tarian sakral dan agung suku Rejang,
yaitu tari kejei dengan keterangan satu buah gong, 5 buah kulintang dan satu
buah redap
Ke-3 alat music
tradisional tersebut sangat penting perannya dalam tarian kejei, oleh sebab itu
sebelum dimulai tariannya, oleh suku Rejang gong, kulintang, dan redap tersebut disaratkan dalam
ritual te mu’un gung klintang.
Adapun music pengiring
tari Kejei yang telah disepakati oleh BMA Rejang Lebong menggunakan salah satu
dari tujuh lagu tarian Kejei atau gabungan dari beberapa lagu rejang yang
disepakati, antara lain:
·
Ombak laut
·
Tupai melompat
·
Siamang balik bukit
·
Percang naik tebing
·
Kumbang mengharap bunga
·
Burung klating
·
Diwo menimbang anak
5.
Pakaian Penari
Pakaian yang dikenakan
oleh penari pria berupa:
·
Baju jas belango warna hitam
·
Celana dasar hitam
·
Penutup kepala yang disebut dengan cek’ulew
·
Selempang dari kanan ke kiri
·
Songket
·
Kris
Untuk pakaian yang
dikenakan penari wanita berupa:
·
Baju kurung beludru warna merah yang ditabur logam warna kuning emas
·
Mengenakan songket
·
Selendang
·
Motif bagian bawahnya berbentuk pucuk rebung
·
Sungting goyang dan cempaka harus ganjil
·
Mengenakan gelang
·
Kemudian burung-burung
6.
Pola lantai tari Kejei
Gambar.1. Sebelum gung kulintang berbunyi anak-anak sangeu sudah berada di posisi, dan posisi berdiri langsung duduk dengan posisi paha kaki kiri lurus ke depan, manapak dilantai dan kaki kanan bertumpu dengan tumit, kepala penari menunduk.
Gambar.2.
Penari bersiap-siap:
·
posisi tangan penari
wanita dan laki-laki dilipat dibelakang tepat sejajar dengan pinggang atau
seperti istirahat ditempat
·
Tumit kaki kanan penari
diangkat
·
Pandangan ke depan dan
badan berdiri tegak
·
Seluruh penari ambil
posisi duduk sebelum sembah.
·
Setelah sembah pertama duduk, penari wanita dan
laki-laki langsung berhadapan.
·
Masih dalam posisi sembah.
Gambar.3.
Setelah sembah ke-2 pihak penari bersiap-siap berdiri:
·
Posisi tangan penari
wanita dilipat kebelakang tepat sejajar dengan pinggan atau seperti istirahat
ditempat, kemudian berdiri perlahan.
·
Posisi tangan penari
laki-laki membentuk tangai yang belum dilentikan, dtarik naik ke arah kanan
(tangan kiri di depan dada dan tangan kanan disamping atas agak ke depan)
kemudian berdiri perlahan bersama dengna penari wanita.
·
Tumit kaki kanan penari
diangkat.
Gambar.4.
Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus
berputar sebanyak 2 kali putaran:
·
Hitungan ke-1 dimulai
dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai
berputar ke empat sisi.
·
Hitungan ke-2 kaki kiri.
·
Hitungan ke-3 kaki
kanan.
·
hitungan ke-4 kaki kiri
ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki
kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar.5.
Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus
berputar sebanyak 2 kali putaran:
·
Hitungan ke-1 dimulai
dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai
berputar ke empat sisi.
·
Hitungan ke-2 kaki
kiri.
·
Hitungan ke-3 kaki
kanan.
·
hitungan ke-4 kaki kiri
ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki
kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar
6. Dengan langkah dan hitungan yang sama penari laki-laki dan perempuan terus
berputar sebanyak 2 kali putaran:
·
Hitungan ke-1 dimulai
dengan kaki kanan dan disesuaikan dengan bunyi gong, gerakan akan mulai
berputar ke empat sisi.
·
Hitungan ke-2 kaki
kiri.
·
Hitungan ke-3 kaki
kanan.
·
hitungan ke-4 kaki kiri
ke depan dan berbelok menghadap ke kiri (pada saat gong ditutup dengan kaki
kanan, dan pada saat itu pula kembali ke hitungan pertama)
Gambar.7.
Setelah 2 kali putaran pertama,posisi terakhir berhadapan
·
Kode kulintang ke-3
setelah 2 kali putaran yakni gerakan mata dayung tipe ke-1
·
Setelah gong : telapak
tangan diangkat ½ ( seperti bendera atau baki ) lalu kedua tangan disilang
dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
·
Kemudian tangan ditarik
keatas sejajar bahu dan telapak tangan dibalikkan kearah depan bentuk tanggai
yang belum dilentikkan
·
Bersamaam dengan gong
lentikan dilepas dan mulai lagi dari hitungan pertama Bagi wanita : 1 kali
lentikkan Bagi laki – laki : setelah lentikkan pertama disusul dengan
membalikkan kedua telapak tangan dengan bersamaan belok
·
Kemudian kembali lagi
ke-2 kali putaran
Gambar.8.9.
·
Pada gambar kedua
penjuru bertemu digaris sejajar
·
Kode kulintang ke-5
berbunyi setelah itu langsung melakukan gerakan mata dayung tip eke-2
·
Setelah gong: telapak
tangan diangkat 1/2 lalu tangan
disilangkan dengan telapak tertutup kemudian disilangkan terbuka lagi
·
Kemudian tangan ditarik
kebelakang membentuk tanggai yang belum dilentikkan
·
Bersamaan dengan gong
lentikkan dilepas dan mulai lagi dari hitungan ke-1
·
Kemudian kembali
melanjutkan mengelilingei penei sampai kembali membentuk garis sejajar dengan
posisi terbalik
Gambar.10. Setelah kode kulintang ke-6 masing-masing penari kembali berhadapan dengan melakukan gerakan selanjutnya
·
Duduk perlahan
·
Sembah berhadapan
·
Sembah hadap depan
·
Berdiri (tangan seperti
istirahat ditempat)
7. Balie
Kejei
Balie Kejei adalah tempat yang dibuat khusus untuk tempat
pelaksanaan semua profesi kejei. Balai Kejei pada zaman dahulu didirikan kurang
lebih seminggu sebelum acara itu sendiri dimulai, dibuat secara gotong royong.
Ukuran balai 6X8 m.
Setelah balai kejei selesai
didirikan, tugas diserahkan pada “tuwei batin” istilah dalam bahasa rejangnya
“semreak kumat” dan untuk bidang tugas diluar balai kejei diserahkan kepada ginde
dusun/desa bersangkutan tempat Kejei diadakan.
Dan terdapat sebuah meja yang
diletakkan di tengah untuk diputari oleh para penari pada saat tarian dimulai.
Meja tersebut disebut dengan penei.
Meja penei bukanlah sebuah meja
kosong biasa. Penei merupakan lambang dari kemakmuran, yang terdiri dari:
1. Pisang
emas setandan
2. Sirih
beserta gagangnya
3. Pinang
beserta gagangnya
4. Daun
setawar beserta batangnya
5. Daun
sedingin beserta batangnya
6. Buah
kundur
7. Tebu
sebatang panjang
8. Penyeluwang
beserta batangnya
9. Beronang
tanjak “pane tanjak”
10. Teleng
(tampa)
11. Ambin
dogan atau selendang cele
12. Tombak
“kojoa”, pedang, sewar atau keris sebagai lambing keamanan
13. Payung
agung sebagai lambang perlindungan, dan disusun di atas meja, pada meja
terdapat
a. Bakul
sirih
b. Bueak
minyak
c. Lampu
dammar kurun
d. Talam
berisi beras dan gula merah
e. Perasapan
dan sesajenan
Meja Penei
8.
Tari Kejei Di Era Modern
Setiap tahun HUT (ulang
tahun) Curup dilaksanakan dengan memperlombakan berbagai cabang yang berbau
kedaerahan, salah satunya adalah tari Kejei, dan pada saat perlombaan ini lah
terlihat perbedaan gerakan pada tari Kejei tersebut. Dengan memanfaatkan event
yang tepat, pemerintah Rejang Lebong terus berupaya meningkatkan rasa cinta
kebudayaan terhadap anak-anak muda daerah, dan pada saat ini sudah mulai
ditetapkan bahwa setiap warga yang asli dari suku Rejang ataupun menikah dengan
adat Rejang diwajibkan menggunakan tari Kejei untuk menyambut para tetamu.
Tidak terelakkan lagi,
bahwa anak muda pada saat ini kurang menyukai kebudayaan asli Indonesia. Semua
ini dapat terlihat dengan kurang antusiasnya para siswa SMA yang terpaksa
mempelajari tarian ini karena tuntutan pelajaran saja.
Remaja
lebih tertarik dengan gerakan “dance” atau tarian modern, selain pakaian yang
dikenakan trendi, gerakan yang yang di lakukan pun lebih luwes dan bebas, tanpa
ada aturan yang terlalu berarti. Music pengiringnya pun bisa dibuat sendiri
dengan meng edit lagu-lagu yang sudah ada sebelumnya.
BAB 3. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kebudayaan
merupakan hasil olah pikir dan perasaan manusia yang berlangsung cukup lama.
Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda dan menjadi ciri khas bagi
daerah tersebut.
Rejang
Lebong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Bengkulu,
dengan suku asli yaitu suku Rejang dan suku Lembak. Ibukota Rejang Lebong
adalah Curup, kira-kira 85 km dari kota Bengkulu.
Tari
Kejei merupakan salah satu kebudaan Rejang Lebong dan dianggap sebagai tarian
yang sakral. Tari Kejei memiliki gerakan yang sederhana sehingga sangat mudah
untuk dipelajari. Ada beberapa mitos yang berkembang tentang tarian ini.
Terdapat
satu buah meja yang memisahkan antara penari pria dengan penari wanita dan meja
akan diputari oleh para penari. Meja tersebut disebut dengan penei.
2. Saran
Sebagai
pemuda yang dahaga akan ilmu, alangkah baiknya jika kita mengetahui akan
pentingnya melestarikan sebuah kebudayaan yang berada di daerah kita sendiri.
Jangan terlalu mengikuti modernisasi, jika itu hanya melalaikan kita akan
kebudayaan asli kita.
Mungkin
hanya sedikit sekali para remaja yang berdiri sejajar untuk berlatih tarian
daerahnya dengan senyum dan tawa. Seringkali terasa ketegangan dan hanya ingin
mengikuti keterpaksaan proses belajar di sekolah.
Cukup
banyak kebudayaan kita yang dirampas oleh negara lain. Dan tampak orang-orang
yang tinggal jauh dari Indonesia, justru menyukai dan melestarikan budaya
Indonesia di negara asalnya.
“Mari
kita tunjukkan kontribusi kita sebagai rakyak Indonesia peduli kebudayaan
daerah”
DAFTAR PUSTAKA
·
http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/01/tari-kejei.htm
·
http://curupkami.blogspot.com/2008/11/pola-lantai-tari-kejei.html
·
http://curupkami.blogspot.com/2008/12/tari-kejei-tari-kejei-pada-saat-ritual.html
·
Syarkowie Astini, Nyayu
Aisyah dkk. 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Palembang: Universitas
Sriwijaya
·
Wawancara via telepon
dengan Yumira Warlizasusi, M.Pd (Dosen STAIN Curup, Mantan ketua sanggar tari
Pat Petulai, Pelatih tari Kejei dan kreasi)
2 komentar:
thanks...
ijin sedot
Terima Kasih Miken Prapanca yang telah menggali seni tari tradisi Rejang Lebong. Ibu bangga dengan Miken, yang telah mempopulerkan tari kejei ini secara umum di medsos, semoga lebih banyak lagi generasi muda yang memahami tari tradisi kita dan mencintai budaya bangsa. Salam budaya.
Posting Komentar