Judul Percobaan :
Transpirasi pada Tumbuhan
Tujuan Percobaan :
Mengetahui kecepatan transpirasi dalam waktu tertentu
Landasan Teori :
A. Pengertian
Transpirasi
Transpirasi
adalah proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir.
Transpirasi dilakukan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel.
Porsi kehilangan
air tersebut lebih
banyak pada stomata dibandingkan dengan kutikula dan lentisel. Transpirasi
merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian
tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang,
bunga, dan akar. Permukaan
daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut
stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem tersebut.
stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem tersebut.
Tingkat
transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari
permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates pada daun.
Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa
penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika
berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula
daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan
membuka stomatanya untuk mengambil karbondioksida dari udara. Lebih dari 20%
air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar
uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun,
selain dari batang, bunga,
dan buah. Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu
meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan
mengatur turgor optimum di dalam sel.
Untuk
membuat makanan, sebuah tumbuhan harus membentangkan daunnya pada matahari dan
mendapatkan CO2 dari udara. Karbon dioksida akan berdifusi ke dalam
daun dan oksigen yang dihasilkan sebagai hasil sampingan fotosintesis akan
berdifusi keluar dari daun melalui stomata. Stomata menghubungkan ruang udara
yang berbentuk sarang lebah, sehingga CO2 dapat berdifusi ke sel-sel fotosinterik
mesofil. Selama daun masih dapat menarik air dari tanah dengan cukup cepat
untuk menggantikan air yang hilang, maka transpirasi tidak akan menyebabkan
masalah. Ketika transpirasi melebihi pengiriman air melaui xilem, seperti
ketika tanah mulai mengering, daun mulai layu karena sel-selnya kehilangan
tekanan turgor. Laju potensial transpirasi yang paling besar adalah saat hari
panas terik, kering,
dan berangin, karena semua itu merupakan faktor lingkungan yang menigkatkan
penguapan air.
Penyerapan
air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman
tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda
jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah
tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan
transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan
paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap
dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh.
Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih
dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari
jaringan xilem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh
karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya
gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air
dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu,
pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan
transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan
transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah
tanaman.
Proses
transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi,
juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar
matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas
matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan
akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi,
tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis
agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. Struktur anatomi daun
memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal
relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung
meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang
tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka.
B. Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju transpirasi adalah : faktor-faktor internal yang mempengaruhi
mekanisme buka-tutup stomata, kelembaban udara sekitar tanaman, suhu udara dan
suhu daun tanaman. Angin dapat juga mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat
memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun
tersebut lebih kering dari udara disekitar tumbuhan tersebut.
Faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi
1.
Cahaya
Laju transpirasi
tanaman lebih cepat terjadi di tempat yang terkena cahaya matahari. Hal ini
terutama karena cahaya merangsang pembukaan stomata pada siang hari,sehingga
transpirasi bisa berjalan dengan lancar. Cahaya juga mempercepat transpirasi oleh
pemanasan daun.
2. Suhu
Suhu tumbuhan pada
umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan
mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu pada siang hari, biasanya
menyebabkan kelembaban relatif udara menjadi makin rendah, sehingga akan
menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara menjadi
semakin besar dan laju transpirasi meningkat. Tanaman terjadi lebih cepat pada
suhu yang lebih tinggi karena air menguap lebih cepat karena suhu meningkat. Pada
30 ° C, daun mungkin terjadi tiga kali lebih cepat seperti halnya pada 20 ° C.
3.
Kelembaban
kelembaban udara sangat
berpengaruh terhadap laju transpirasi. Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya
uap air di udara, yang biasanya dinyatakan dengan kelembaban relatif. Makin
besar tekanan uap air di udara, maka akan semakin lambat laju transpirasi.
Sebaliknya apabila sedikit tekanan uap air di udara maka maka laju
transpirasinya akan semakin cepat. Tingkat difusi meningkat setiap substansi
sebagai perbedaan dalam konsentrasi zat di dua daerah increases. Ketika udara
sekitarnya kering, difusi air dari daun berlangsung lebih cepat.
4.
Angin
Angin adalah suatu
perpindahan masa udara dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perpindahan masa
udara ini, angin akan membawa masa uap air yang berada di sekitar tumbuhan,
sehingga dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan dapat
mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi. Apabila angin bertiup terlalu
kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air melebihi kemampuan daun untuk
menggantuinya dengan air yang berasal dari tanah, sehingga lama kelamaan daun
akan mengalami kekurangan air.
Ketika tidak ada angin, udara sekitar daun menjadi semakin lembab sehingga mengurangi laju transpirasi. Ketika angin hadir, udara lembab dibawa pergi dan digantikan oleh udara kering.
Ketika tidak ada angin, udara sekitar daun menjadi semakin lembab sehingga mengurangi laju transpirasi. Ketika angin hadir, udara lembab dibawa pergi dan digantikan oleh udara kering.
5.
Keadaan Air Tanah
Laju
transpirasi sangat bergantung pada ketersediaan air di dalam tanah, karena
setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti
kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air di dalam
tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan
menghambat laju transpirasi.
Ketika tanaman berada
di dalam kondisi gelap ataupun malam hari, maka laju transpirasi akan berkurang
dibandingkan apabila tanaman terpapar cahaya. Hal tersebut dapat terjadi karena
pembukaan stomata distimulasi oleh cahaya, dan kemudian cahaya menghangatkan
daun yang dapat memicu proses transpirasi untuk meningkat. Begitupun dengan
perubahan temperature, semakin tinggi temperature maka transpirasi akan semakin
besar. Ketika temperatur naik sebesar 10°C, transpirasi akan meningkat sebesar
tiga kali transpirasi semula.
Konsentrasi uap air di
udara juga memicu terjadinya transpirasi. Apabila terdapat perbedaan
konsentrasi uap air yang cukup signifikan dalam hal ini udara luar lebih
kering, maka uap air tersebut akan berdifusi dari stomata daun menuju ke udara
sekitar yang memiliki konsentrasi uap air relatif rendah. Hal sebaliknya dapat
berlangsung apabila konsentrasi uap air lebih tinggi pada udara bebas.
Tanaman
gurun banyak jenis khusus fotosintesis, disebut crassulacean metabolisme asam
atau fotosintesis CAM yang stomata tertutup pada siang hari dan terbuka pada
malam hari ketika transpirasi akan lebih rendah.Transpirasi ini berlangsung
selama fotosintesis terjadi, yaitu sewaktu stomata daun membuka untuk
pertukaran gas antara karbon dioksida dan oksigen. Transpirasi merupakan proses
yang penting, serta merupakan tenaga penggerak yang mendorong naiknya air dan
bahan mineral lainnya dari akar menuju daun. Naiknya material-material tersebut
berkorelasi untuk melaksanakan biosintesis dalam rangka menyuplai fotosintesis,
dan mendinginkan daun.
Udara
yang berada disekitar daun akan meningkat kelembapannya apabila tidak ada angin
yang berhembus, hal tersebut menyebabkan penurunan laju transpirasi. Ketika
angin berhembus, udara lembap akan bergeser dan digantikan oleh udara yang
lebih kering. Kelima, jika kehilangan air melalui transpirasi tidak dapat
segera digantikan oleh ketersediaan air di dalam tanah, maka dapat dipastikan
tumbuhan akan mengurangi laju transpirasinya.
Sewaktu
akar tumbuhan menyerap air dari tanah dan gagal untuk memenuhi kebutuhan
transpirasi yang cenderung cepat, stomata kemudian akan menutup karena sel
penjaga kehilangan tekanan turgor. Tanaman dapat mengalami kelayuan apabila
tekanan turgor yang berkurang tersebut terjadi dalam jangka waktu yang cukup
lama. Perbedaan tipe taanaman memegang peranan penting dalam cepatnya laju
transpirasi. Setiap jenis tanaman memiliki tipe maupun jumlah stomata yang
berbeda untuk setiap luasan daun. Selain itu, lingkungan hidup juga
berpengaruh. Tanaman xerofit akan lebih memiliki laju transpirasi yang lebih
kecil, dibandingkan dengan tumbuhan dengan habitat air.
C.
Mekanisme Kerja Stomata
(Membuka dan Menutupnya Stomata)
Masing-masing stomata
diapit oleh sepasang sel penjaga, yang berbentuk seperti ginjal pada tumbuhan
dikotil dan berbentuk seperti halter pada tumbuhan monokotil. Stomata akan
membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat dan akan menutup apabila
tekanan turgornya rendah. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan
oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pada saat turgor sel penutup
tinggi, maka dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan
tertarik kebelakang, sehingga celah menjadi terbuka. Naiknya turgor ini
disebabkan adanya air yang mengalir dari sel tetangga masuk ke sel penutup,
sehingga sel tetangga mengalami kekurangan air dan selnya sedikit mengkerut dan
akan menarik sel penutup kebelakang. Sebaliknya pada waktu tekanan turgor
turun, yang disebabkan oleh kembalinya air dari sel penutup ke sel tetangganya,
sel tetangga akan mengembang dan mendorong sel penutup ke depan sehingga
akhirnya stoma tertutup.
Seorang ahli fisiologi
yang berasal dari Jepang yang bernama M. Fujiono menyatakan bahwa sel penutup
stomata yang sedang terbuka dalam cahaya, mengandung banyak ion K+ dalam
konsentrasi yang tinggibdibanding dengan stomata yang tertutup dalam gelap.
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel
penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Korelasi positif antara
peningkatan konsentrasi ion kalium dengan pembukaan stomata secara konsisten
ditemukan pada semua spesies yang telah diteliti. Untuk menjaga netralitas
muatan listrik, maka masuknya ion kalium harus dibarengi dengan masuknya suatu
anion. Asam-asam organik disintesis dalam sel penjaga sebagai tanggapan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stomata membuka. Asam organik yang
disintesis umumnya adalah asam malat.
Perubahan tekanan
turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan
oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K+) secara reversibel oleh penjaga.
Stomata membuka ketika sel-sel penjaga secara aktif mengakumulasi K+ dari
sel-sel epidermal di sekitarnya. Pengambilan zat terlarut ini menyebabkan
potensial air di dalam sel penjaga menjadi lebih negatif. Kondisi ini
memungkinkan air mengalir ke dalam sel secara osmosis sehingga sel menjadi
membengkak. Sebagian besar K+ dan air disimpan di dalam vakuola, dengan
demikian tonoplas juga memainkan peranan penting. Penigkatan muatan positif sel
akibat masuknya K+ diturunkan dengan pengambilan ion klorida (Cl-) melalui
pemompaan ion hidrogen yang dibebaskan pada saat asam organik keluar dari sel,
serta melalui muatan negatif asam oranik setelah kehilangan ion hidrogennya.
Penutupan stomata disebabkan oleh keluarnya K+ dari sel penjaga, yang
menyebabkan kehilangan air secara osmotik.
Jumlah air yang
dilepaskan juga mempengaruhi laju transpirasi tergantung seberapa banyak air
pada akar tanaman yang telah diserap, dan hal ini juga tergantung pada kondisi
lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban, angin dan suhu. Sebuah tanaman
tidak boleh dicangkokkan di bawah sinar matahari penuh karena mungkin kehilangan
air terlalu banyak dan layu sebelum akar rusak dapat pasokan air yang cukup.
Perubahan pemanasan dari air menjadi uap. Dan kemudian keluar melalui stomata.
Transpirasi membantu mendinginkan dalam daun karena uap keluar telah menyerap
panas, derajat pembukaan stomata dan permintaan menguapkan suasana sekitar
daun. Jumlah air yang hilang oleh tanaman tergantung pada ukuran, bersama
dengan sekitar intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin (semua
yang mempengaruhi permintaan menguapkan). Tanah air bersih dan suhu tanah dapat
mempengaruhi pembukaan stomata, dan dengan demikian tingkat transpirasi.
D.
Mekanisme Transpirasi
Melalui Daun
Mekanisme transpirasi
akan mudah dipahami kalau kita mengenal juga anatomi daun tumbuhan. Transpirasi
dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada
dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan
rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak.
Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel
belum jenuh dengan uap air.
Sel-sel yang menguapkan
airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga
potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari
xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang
dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam
ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama
stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan
ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di
atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel
akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama
untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan
terbukanya stomata.
E.
Pelepasan Panas pada
Transpirasi
Daun yang terdedah pada
radiasi matahari, akan menyerap sejumlah besar energi radiasi tersebut, yang
selanjutnya dengan suatu cara akan dilepaskan kembali ke lingkungannya. Apabila
energi ini tidak dilepaskan kembali ke lingkungannya, maka energi tersebut akan
diubah menjadi energi panas dan menaikkan suhu daun. Karena transpirasi
merupakan proses yang mengkonsumsi energi, seringkali dianggap bahwa penguapan
air dalam transpirasi ini merupakan pelepasan panas yang diserap oleh daun
tersebut.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pemindahan panas pada tumbuhan yaitu radiasi neto positif
dan negatif (radiasi neto negatif jika daun meradiasikan lebih banyak energi ke
lingkungannya, dan radiasi positif jika daun menerima atau menyerap lebih
banyak energi dari lingkungannya), konveksi negatif dan konveksi positif
(konveksi negatif jika panas pindah dari daun ke udara, dan konveksi positif
jika panas pindah dari udara ke daun), kadar konsumsi panas negatif dan positif
(kadar konsumsi panas negatif jika air diuapkan dari daun, dan kadar konsumsi
panas positif jika air mengembun pada permukaan daun), penyimpanan negatif dan
positif (penyimpanan negatif jika suhu daun turun dan penyimpanan positif jika
suhu daun naik), dan metabolisme seperti fotosintesis atau respirasi.
F.
Fungsi Transpirasi
Tumbuhan
Beberapa jenis tumbuhan
dapat hidup tanpa melakukan respirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada
tumbuhan akan memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut yaitu :
mempercepat laju pengangkutan air
dan garam mineral,
menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, dan sebagai
salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu tubuh.
Pengangkutan unsur hara
tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju
pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung
secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada
siang hari radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika
transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.
Transpirasi itu suatu
akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun yang ada di udara itu
suatu kondisi yang menyebabkan penguapan harus terjadi. Pada tanaman,
transpirasi itu pada hakikatnya suatu penguapan air baru yang membawa
garam-garam mineral dari tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan
penggunaan sinar matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah
karena sebagian dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan
air.
Alat dan Bahan :
1.
Botol erlenmeyer
250 ml 4 buah
2.
Pucuk
tanaman (ranting)
3.
Neraca
4.
Air
|
5.
Vaselin
6.
Gabus (tutup
botol)
7.
Termometer
|
Cara Kerja :
1.
Berilah label pada
botol erlenmeyer
2.
Isilah ke 4 botol
erlenmeyer dengan air sebanyak kurang lebih setengahnya dan tutup dengan gabus
yang berlubang
3.
Masukkan ranting
tanaman (panjang kurang lebih 40 cm) dalam botol A, B, dan C, melalui lubang
pada gabus. Botol A dibiarkan tanpa tanaman
4.
Berilah vaselin
pada sekeliling gabus dan lubang gabus untuk mencegah penguapan selain dari
tanaman
5.
Timbanglah ke empat
botol erlenmeyer berikut tanamannya (botol B, C, dan D) dan catatlah beratnya
6.
Selanjutnya
letakkan botol A, B, dan C dalam ruangan, dan botol D letakkan di luar ruangan.
Kemudian kipasilah botol C
7.
Setiap 25 menit
timbanglah kembali botol dan tanaman, lakukan penimbangan sebanyak 2 kali
8.
Setelah penimbangan
terakhir ambillah tanaman tersebut dan ukurlah luas total daun
9.
Ukurlah temperatur
udara di dalam dan luar ruangan
Hasil dan Pembahasan:
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Berat Botol+Air+Tanaman
(gram)
|
Selisih
|
Berat Daun
Sample
|
Berat Semua
Daun
|
|
Sebelum
Perlakuan
|
Sesudah
Perlakuan
|
||||
A
|
321,7
|
321,7
|
0
|
-
|
-
|
B
|
354,8
|
354,4
|
0,4
|
0,2138
|
7,1432
|
C
|
363,7
|
363,2
|
0,5
|
0,2553
|
10,0493
|
D
|
364,4
|
363,6
|
0,8
|
0,5341
|
17,9895
|
Pembahasan
Luas
total daun : (Berat semua daun/ berat sample daun) X luar sample daun
Luas
daun sample : 4 cm x 4 cm = 16 cm2
Sehingga luas total daun adalah
Luas Daun B :
cm2 = 534,570 cm2
Luas Daun C :
cm2 = 629,803 cm2
Luas Daun D :
cm2 = 538,91 cm2
Kecepatan
Transpirasi : mg/cm2/menit
Keterangan
:
a = Selisih rata-rata berat botol +
air + tanaman pada awal percobaan dan setelah percobaan. (Kecepatan transpirasi
)
b = Luas total daun (cm2
)
Sehingga kecepatannya setiap daun adalah
Kec Transpirasi B :
= 0,0249 mg/cm2/menit
Kec Transpirasi C :
= 0,0265mg/cm2/menit
Kec Transpirasi D :
= 0,0494 mg/cm2/menit
Dari hasil di atas dapat kita ketahui bahwa ada
beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi, diantaranya
adalah suhu, intensitas cahaya, kelembaban udara dan angin.
Dari hasil pengamatan perlakuan pada tabung
enlemeyer D memiliki laju transpirasi yang paling tinggi yaitu dengan nilai 0,0494
cm2 /menit,
sehingga dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi suhu suatu lingkungan akan
membuat laju transpirasi atau penguapan pada tumbuhan semakin cepat.
Perlakuan pada tabung enlemeyer C menujukkan bahwa
adanya pengaruh angin terhadap laju transpirasi tumbuhan, angin adalah suatu
perpindahan masa udara dari suatu tempat ketempat lain. Dalam perpindahan masa
ini, angin akan membawa masa uap air yang berada di sekitar tumbuhan, sehingga
dapat menurunkan tekanan uap air disekitar daun dan mengakibatkan meningkatnya
laju transpirasi .
Pada saat tanaman diberi perlakuan seperti pada
tabung enlemeyer B tanaman juga tetap melakukan transpirasi dengan laju 0,0249
cm2 /menit
, namun dalam laju yang tidak secepat pada tabung enlemeyer C yang diberi
perlakuan tanaman yang dikipasi dan D yang diletakkan pada suhu yang tinggi
dengan kelembaban yang rendah.
Sedangkan pada tabung enlemeyer A yang hanya diisi
air kemudian ditutup dengan rapat menunjukan timbangan yang sama pada
pengukuran awal dan pengukuran akhir yaitu seberat 321,7 gram, ini menujukan
bahwa air didalam tabung enlemeyer A tidak mengalami evaporasi, karena tidak
ada faktor luar yang mempengaruhi tabung yang ditutup rapat.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Proses transpirasi dapat
berlangsung secara optimal jika faktor-faktor pendukungnya ada pada kondisi
yang optimal pula.
2.
Faktor internal pendukung transpirasi
antara lain, besar kecilnya
daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
rambut pada permukaan daun, jumlah
stomata, bentuk dan letak stomata.
3.
Faktor lingkungan pendukung transpirasi meliputi
intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara, angina, dan keadaan air tanah.
4.
Semakin banyak cahaya maka laju transpirasi akan
meningkat.
5.
Semakin tinggi suhu udara di lingkungan, maka laju transpirasi akan meningkat.
6.
Semakin rendah kelembaban udara maka laju
transpirasi akan meningkat.
7.
Angin dapat meningkatkan laju transpirasi karena
dalam pergerakannya dapat membawa masa uap air yang berkumpul di sekitar daun.
8. Laju transpirasi sangat
bergantung pada ketersediaan air di dalam tanah, karena setiap air yang hilang
dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali, yang pada dasarnya
berasal dari dalam tanah.
9.
Laju transpirasi pada
tumbuhan yang terkena sinar matahari langsung berbeda dengan laju transpirasi
pada tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari langsung, meskipun jenis
tumbuhan, jumlah daun dan media yang di gunakan sama.
10. Laju transpirasi tertinggi pada tumbuhan yang diletakkan di luar ruangan
dengan intensitas cahaya tinggi, yaitu sebesar 0,0494
cm2 /menit yang merupakan botol erlemeyer D, sedangkan laju transpirasi terendah pada tumbuhan yang diletakkan di
dalam ruangan, yaitu sebesar 0,0249
cm2 /menit yang merupakan botol erlemeyer B.
Pertanyaan :
1. Apa
Kegunaan proses transpirasi bagi tumbuhan ?
2. Mengapa
pengukuran dengan penimbangan tidak dengan volume?
3. Berapa
mg/cm2 / menit kecepatan transpirasi tumbuhan yang diletakkan di
dalam ruangan (Botol B) ?
4. Berapa
mg/cm2 / menit kecepatan transpirasi tumbuhan yang diletakkan di
luar ruangan (Botol C) ?
5. Berapa
mg/cm2 / menit kecepatan transpirasi tumbuhan yang diletakkan di
luar ruangan (Botol D) ?
6. Apakah
botol A (tanpa tanaman) mengalami pengurangan ? mengapa ?
7. Apakah
ada perbedaan transpirasi ? Jika ada, perangkat percobaan yang mana yang
mengalami trasnpirasi paling cepat dan perangkat percobaan yang mana yang
mengalami transpirasi paling lambat ?
8. Bagaimana
pengaruh kecepatan angin terhadap kecepatan trasnpirasi ?
9. Bagaimana
pengaruh suhu dan cahaya terhadap kecepatan trasnpirasi ?
Jawab =
1. Transpirasi
berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan garam dan mineral,
mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan
mengatur turgor optimum di dalam sel.
2. Pengukuran
dilakukan dengan penimbangan dikarenakan
pada percobaan pengukuran yang dilakukan untuk mengukur luas permukaan daun.
Pengukuran dilakukan bukan dalam bentuk 3
demensi yang harus menggunakan volume. Dan pada
transpirasi semakin luas permukaan daun maka semakin cepat laju transpirsainya.
3. kecepatan
transpirasi tumbuhan pada botol B adalah
=
cm2 /menit
=
= 0,0249
cm2 /menit
4. Kecepatan
transpirasi tumbuhan pada botol C adalah
=
cm2 /menit
=
= 0,0189
cm2 /menit
5. Kecepatan transpirasi tumbuhan pada botol D
=
cm2 /menit
=
= 0,0494
cm2 /menit
6. Pada
botol A tidak mengalami pengurangan. Pada botol A tidak terdapat tumbuhan
untuk diamati proses tranpirasinya. Dan juga, tidak terdapat proses evaporasi
karena botol A dalam keadaan
tertutup rapat.
7. Ada.
Perangkat percobaan dengan transpirasi cepat adalah pada botol D. Proses tranpirasi
yang terjadi dikarenakan lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan, seperti radiasi cahaya, kelembaban, suhu, dan angin. Sedangkan, perangkat percobaan transpirasi paling
lambat adalah pada botol B. Karena, botol B hanya
diletakkan di dalam ruangan tanpa perlakuan khusus (dibiarkan saja), sehingga
proses transpirasi terjadi secara lambat.
8. Kecepatan
angin : angin dapat menurunkan tekanan uap air dalam daun sehingga dapat
meningkatkan laju transpirasi. Jika angin bertiup terlalu kencang menyebabkan
air yang akan keluar terlalu banyak dan daun menggantinya dengan air yang
berasal dari dalam tanah.
9. Suhu
: adanya suhu mempengaruhi kelembaban udara disekitarnya. Semakin tinggi suhu
udara maka kelembaban udara disekitar rendah. Hal ini mengakibatkan tekanan uap
air dalam rongga daun dan lingkungan berbeda cukup besar sehingga kecepatan
transpirasi juga besar.
Cahaya : pada
siang hari, tumbuhan mengalami proses fotosintesis yang memerlukan sinar
matahari. Sinar matahari juga berpengaruh terhadap terjadinya transpirasi.
Karena pada saat siang hari stomata
terbuka, sehingga transpirasi akan berjalan lancar.
Daftar Pustaka
Sasmitamihardja Dardjat dan Arbayah H.
Siregar. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung
0 komentar:
Posting Komentar