Oleh : Seriyatwati
Sewaktu saya menunggu chikatetsu (kereta bawah tanah) menuju pulang, saya mleihat ada seorang muslimah. Ya muslimah. Saya jarang bisa melihat atau bertemu muslimah di Negeri Matahari Terbit ini. Dari perawakannya, sepertinya dia dari bangsa Arab. Dia menoleh ke arah saya yang berada di barisan depan dan menggerakkan bibirnya mengucapkan sesuatu. Dia mengucapkan, "Assalamu'alaikum!" Saya spontan menjawab dengan suara pelang, "Wa'alaikumsalam" dan ku sambung dalam hati, "Warahmatullahi wabarakatu."
Sungguh hati ini bagaikan gurun sahara mendapat curahan hujan. Demikian damai dan bahagia sekali. Tidak setiap hari saya mendapatkan salam langsung seperti itu. Biasanya saya hanya mendapat salam lewat email atau telepon. Atau bila saya bertemu sahabat-sahabat saya sesama muslim Indonesia, maka salam pun bertebaran demikian indahnya.
Sewaktu saya menunggu chikatetsu (kereta bawah tanah) menuju pulang, saya mleihat ada seorang muslimah. Ya muslimah. Saya jarang bisa melihat atau bertemu muslimah di Negeri Matahari Terbit ini. Dari perawakannya, sepertinya dia dari bangsa Arab. Dia menoleh ke arah saya yang berada di barisan depan dan menggerakkan bibirnya mengucapkan sesuatu. Dia mengucapkan, "Assalamu'alaikum!" Saya spontan menjawab dengan suara pelang, "Wa'alaikumsalam" dan ku sambung dalam hati, "Warahmatullahi wabarakatu."
Sungguh hati ini bagaikan gurun sahara mendapat curahan hujan. Demikian damai dan bahagia sekali. Tidak setiap hari saya mendapatkan salam langsung seperti itu. Biasanya saya hanya mendapat salam lewat email atau telepon. Atau bila saya bertemu sahabat-sahabat saya sesama muslim Indonesia, maka salam pun bertebaran demikian indahnya.
Tentu saja, salam
formal khas Jepang tiap hari saya dapatkan. Ohayou gozaimasu, konnichiwa
ataupun konbanwa (selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam),
sudah biasa terdengar. Tetapi itu berbeda dengan salam dalam Islam.
Pada pertemuan
pengajian pun, teman yang datang belakangan akan mengucapkan salam kepada yang
telah lebih dulu datang. Tidaklah elok bila yang datang belakangan, tetapi
menyalami teman akrabnya yang duduk agak jauh. Sedangkan dia akan melewati
teman lain yang duduk dekat pintu masuk. Seperti sabda Rasulullah, salam bukan
saja diucapkan kepada orang yang dikenal tetapi juga kepada yang belum dikenal.
***
Bagaimana dengan
salam yang ditulis singkat atau diucapkan sambil lalu? Saya pernah membaca
email yang salam penutupnya hanya ditulis "Wass." Entahlah apakah
saya saja yang merasa nelangsa dan merasa diacuhkan dengan salam seperti itu.
Seakan ditinggal pergi buru-buru oleh si pemberi salam. Benarkah dia memberi
salam ataukah empat huruf itu hanyalah suara yang mirip salam? Tidakkah
terpikir untuk menambah empat huruf lagi hingga salam penutup itu mempunyai
makna?
Pernah pula, belum
selesai saya menamatkan salam penutup yang pendek pun, si penelepon sudah
menutup telepon. Begitu pula sebaliknya, telepon diputus tanpa jawaban salam
saya dengar dari seberang.
"Apabila kamu
dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu." (QS An-Nisaa': 86)
Bukankah salam itu
doa? Doa yang diucapkan untuk saudaranya seakidah, "Semoga Allah memberi
keselamatan padamu." Walaupun memberi salam itu sunnah. Tetapi tahukah
kita bahwa yang mengucapkan salam lebih dulu itu lebih dicintai Allah? Siapa
yang tidak mau dicintai Allah? Semua makhluk berlomba mendapatkan cinta Allah.
Kebalikannya, menjawab salam itu wajib. Salam dalam Islam merupakan doa. Selain
itu salam juga merupakan sedekah.
***
Pernah sahabat
Rasulullah, Umar bin Khatab mengadukan Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah.
"Ya, Rasulullah, Ali bin Abi Thalib tidak pernah memulai mengucapkan salam
kepadaku..." Rasulullah lalu menanyakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib membenarkan pengaduan Umar bin Khatab itu. "Ya,
Rasulullah, itu kulakukan karena aku ingin supaya Umar bisa mendapatkan istana
di Surga! Seperti yang disabdakan olehmu, ya Rasulullah. Bahwa siapa yang
mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan mendirikan istana baginya
di Surga."
Bayangkan dengan
memberi salam kita bisa membangun istana di Surga. Dengan salam, hati-hati kita
terikat untuk saling mencintai. Kenapa kita tidak bersegera menebar salam
kepada sahabat, handai taulan, keluarga dan saudara-saudara kita seiman? Sabda
Rasulullah, "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan
tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan
suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai?
Tebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)
Mari kawan kita
budayakan senyum dan salam J
0 komentar:
Posting Komentar