PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, guru
harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi sebagai guru.
Guru harus mempunyai bekal yang cukup untuk mengajar siswa. Bukan hanya bekal
pengetahuan , namun guru juga harus mempunyai tingkah laku yang baik , ini
berkaitan dengan tugas guru sebagai pendidik. Seharusnya ada perhatian yang khusus
terhadap kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk
mengatasi masalah-masalah sosial budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran
untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Untuk menunjang kualitas
pendidikan, perlunya teori belajar untuk mendukung proses pembelajaran di dalam
kelas. Teori belajar yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan
teoritis semata, padahal sebuah teori belajar sebaiknya juga menyangkut suatu
praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan
kebudayaan masyarakat sekitarnya.
Teori belajar merupakan
upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia Belajar. Pada dasarnya teori
pertama dilengkapi teori kedua dan seterusnya sehingga adanya varian, gagasan
utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang
mana bahkan menjadi teori tersendiri. Namun yang lebih penting adalah teori
mana yang sesuai dan baik untuk diterapkan. Pemahaman semacam ini penting untuk
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hal-hal yang terkait dengan teori
belajar adalah teori belajar harus memperhatikan bahwa terdapat banyak
kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa
jauh sebelum ia masuk ke sekolah. Teori belajar juga terkait dengan adanya
struktur pengetahuan, hubungan yang optimal, dan teori belajar juga terkait
dengan penghargaan dan hukuman.
Dalam makalah ini akan dibicarakan
khusus beberapa teori belajar dalam Proses Beajar dan Mengajar (PMB). Hal
terakhir ini sangat penting terutama bagi para pendidik dan calon-calon
pendidik. Teoritika belajar merupakan pembahasan beberapa teori belajar. Suatu
teori belajar merupakan pembahasan beberapa teori belajar. Suatu teori belajar
bermaksud menjelaskan apa sebenarnya proses belajar itu. Tetapi teori belajar
selain menjadi pegangan dapat juga dipraktekkan dan dapat diuji oleh peneliti
yang berkepentingan.
Proses belajar sendiri tidak dapat
diobservasi secara langsung, tetapi melalui manifestasi dari kegiatan belajar
pada seseorang. Hal demikian ini menjadi pensifatan atribut belajar yang
pertama. Pensifatan kedua adalah bahwa belajar itu menghasilkan perubahan yang
permanen pada perilaku individu. Perubahan-perubahan perilaku belajar tidak
mencakup karena sakit,lelah, mabuk karen mabuk karena intoksinasi (keracunan)
dan karena kedewasaan. Ketiga, belajar disifati oleh adanya latihan dan
pengalaman. Belajar harus mengalami, dan melakukan latihan-latihan.
Oleh karena itu, ada banyak ahli
yang mengemukakan tentang teori belajar. Atas dasar itulah penulis mengemukakan
beberapa teori belajar yang banyak digunakan.
ISI
Teori-teori Belajar
Belajar
dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari peengalaman dan
latihan. Hilgard mengungkapkan: “Learning is the process by wich and activity
originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or
in the naural environment) as distinguished from changes by factors not
artibutable to training.” Bagi hilgard, belajar itu adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium
maupun dalam lingkungan alamiah.
Belajar
bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang
terjadi di dalam diri sesorang, sehinggan menyebabkan munculnya perubahan
perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena danya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari.
Proses balajar pada hakikatnya
merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.
Menurut
aliran Bahavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak
atau hubungan antara Stimuilus dan Respon(S-R). Oleh karena itu, teori ini
jugan dinamakan teori Stimulus-Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Secara
pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan
prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta
dsn penenmuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar
Teori-teori belajar yang termasuk
ke dalam kelompok behavioristik di antaranya :
a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike
b. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh
skinner
d. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull
e. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh
Guthrie.
Teori-teori
yang termasuk ke dalam keompok kognitif holistic di antaranya:
a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan
Wertheimer.
b. Teori medan (field Theory), dengan tokohnya
Lewin.
c. Teori Organismik
yang dikembangkan oleh Wheeler.
d. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan
Rogers.
e. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean
Piaget.
1.
Beberapa Teori Belajar Behavioristik
a. Teori belajar
Koneksionisme
Teori
belajar koneksionisme dikembangkan oleh Thorndike sekitar tahun 1913.Menurut
teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya
berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R).
Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons.
Belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. Dalam teori
koneksionisme Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut :H
a) Hukum kesiapan (law of readiness)
Menurut
hukum ini, hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala
ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah : pertama, jika pada seseorang ada
kesiapan untuk merespons atau bertindak, maka tindakan atau respons yang
dilakukannya akan memberi kepuasan, dan mengakibatkan orang tersebut untuk
tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua,
jika seseoarang memiliki kesiapan untuk merespons, kemudian tidak dilakukannya,
maka dapat mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan
melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga,
jika sesorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons, maka respons yang
diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan. Implikasi praktis dalam hukum ini
adalah, keberhasilan belajar sesorang sangat tergantung dari ada atau tidak
adanya kesiapan.
b) Hukum latihan (law of exercise)
Hukum
ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons .
Hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang ) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat Karena latihan (law of use); dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan
tidak dilanjutkan atau dihentikan (law of
disuse).
Hukum ini menunjukkan bahwa hubungan stimulus
dan respons akan semakin kuat manakala terus-menerus dilatih atau diulang;
sebaliknya hubungan stimulus respons akan semakin lemah manakala tidak pernah
diulang. Implikasi dalam hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang,
maka alkan semakin dikuasailah pelajaran itu.
c) Hukum akibat (law of effect)
Hukum
ini menunjukkan kepada kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons
tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Apabila respons yang ditimbulkan
seseorang mendatangkan kesenangan, maka respons tersebut akan dipertahankan
atau diulang;sebaliknya, apabila respons yang diberikan mendatangkan atau
diikuti oleh akibat yang tidak mengenakkan , maka respons tersebut akan
dihentikan dan tidak akan diulangi lagi. Implikasi dari hukum ini adalah
apabila mengharapkan agar seseorang
dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan
dirinya, contohnya dengan memberikan hadiah atau pujian. Sebaliknya , apabila
kita mengaharapkan seseorang untuk tidak mengulangi respons yang diberikan,
maka harus diberi sesuatu yang tidak menyenangkannya contohnya dengan member
hukuman.
Konsep
penting dari teori belajar koneksionismne Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training. Konsep ini
menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat
digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran
konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya
konsep ini tidak ada maka apa yang di pelajari tidak akan bermakna. Oleh karena
itu, apa yang di pelajari oleh siswa di sekolah harus berguna dan dapat di
gunakan di luar sekolah .
b. Teori Belajar
Classical Conditioning
Seperti
hal nya Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya
bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar
atau pembentukan prilaku perlu di bantu dengan kondisi tertentu.
Dari experiment dengan menggunakan
anjing dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu
harus di lakukan secara berulang- ulang dengan melakukan pengkondisian
tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan
sesuatu yang dapat menemukan tingkah laku itu.
c. Operant
Conditioning
Teori
operan Conditioning yang di kembangkan oleh Skinner merupakan pengembangan dari
teori Stimulus Respons. Berbeda dengan teori-teori yang telah tokoh-tokoh yang
lain, Skiner membedakan dua macam respons, yakni respondent response (reflexive
response) dan operant response (instrumental response). Respondent response
adalah response yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya
perangsang stimulus makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respone ini
bersifat tetap. Artinya setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respone
tertentu. Dengan demikian, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkannya.
Operant
response atau instrumental response adalah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian yang disebut renforcer, karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respons yang telah di lakukan organisme. Jadi dengan demikian,
perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah laku yang telah
ditentukan. Misalnya jika seseorang telah belajar melakukan sesuatu lalu mendapat hadiah sebagai renforcer, maka
ia akan menjadi lebih giat dalam belajar.
Pada
perilau manusia respondent response bersifat sangat terbatas oleh karena itu
sangat kcil untuk dimodifikasi.
Sebaliknya, operant response atau instrumental response sifatnya tidak
terbatas, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat dimodifikasi sangat besar.
Dengan demikian, untuk mengubah tingkah
laku kita dapat menggunakan instrumental response.
Skinner
berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu diurutkan atau
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik.
Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap
tingkah laku yang spesifik yang telah di response, perlu diberikan hadiah
(resfoncer) agar tingkah laku itu terus menerus diulang, serta untuk memotivasi
agar berlanjut kepada komponen tingkah laku yang selanjutnya sampai akhirnya
pada pembenyukan tingkah laku puncak yang diharapkan.
Setiap
komponen atau tingkah laku yang spesifik yang telah di respons anak perlu
diberikan hadiah atau penguatan yang akan menimbulkan rasa senang. Dengan
demikian, anak akan terus mengulang perilaku tersebut dan melanjutkan pada
komponen perilaku berikutnya. Munculnya berbagai pendekatan baru dalam
pngajaran seperti pengajaran berprogram, pengajaran dengan bantuan computer
(computer assisted instruction), mengajar dengan menggunakan mesin (teaching
machine), semuanya berangkat dari konsep skinner
d. Systematic
behaviour
Tokoh Clark L.Hull pada tahun
(1804-1952) seorang guru besar di Universitas Yale USA, menyistematisir
teori-teori belajar yang ada sebelumnya menjadi suatu unit teori dengan memegang
kebaikan-kebaikan teori sebelumnya dan mengatasi kelemahan-kelemahannya.
Teorinya mendasarkan pada tingkah laku yang diselediki dengan hubungan
perkuatan stimulus-respon. Menurut pandangan ini, belajar tidak terjadi secara
tiba-tiba, tetapi karena adanya hubungan S-R, perilaku juga dipengaruhi oleh
suatu proses yang terjadi dalam diri organisme, yang tidak dapat diamati.
Varibel ini kemudian dikenal dengan nama variabel intervening (intervening variable). Persamaan
teorinya dengan teori sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan
asosiasi S-R.
2. Berdasarkan
cara melangsungkan hidup.
3. Berdasarkan
kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
4. Orientasinya
kepada teori Pavlov.
e. Teori belajar kontiguitas S-R (Stimulus-Respon)
Teori belajar kontiguitas S-R yang dikembangkan
oleh E.R Guthrie pada tahun (1886-1959) bahwa , prinsip kontiguitas adalah
kombinasi stimuli yang telah menghasilkan respon diteruskan sehingga stimulus
yang dikontigukan tetap menghasilkan respon tadi.
Di
dalam teori belajarnya, Guthrie berpendapat bahwa organisme merespon kepada
perangsang-perangsang dengan kontraksi otot-otot dan pengeluaran getah
kelenjar-kelenjar. Respon semacam itu disebut dengan gerakan-gerakan. Guthrie
mengatakan, bahwa suatu tindakan terdiri atas serentetan kontiguitas
2.
Teori-teori Belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
Teori
Gestalt termasuk pada kelompok aliran kognitif holistik. Teori Gestalt di
kembangkan oleh Koffka, kohler, dan Wertheimer. Menurut teori Gestalt, beljar
adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan
antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori Behavioristik
yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga
mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap
insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
Insight yang merupakan inti dari belajar menurut
Gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) kemampuan insight seseorang tergantung kepada
kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada
usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesies) nya.
b) Insight dipengaruhi atau tergantung kepada
pengalaman masa lalunya yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan dan
penyediaan lingkungannya.
d) Pengertian merupakan inti dari Insight. Melalui
pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang
bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi situasi
yang berlainan.
e) Apabila insight telah diperoleh, maka dapat
digunakan untuk mengahadapi persoalan dalam situasi lain. Di sin I terdapat
semacam tranfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah materi yang dipelajari
, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui insight.
Prinsip penerapannya (Nasution) :
a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan
itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti
apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran
itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu
masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung penegrtian bahwa
membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan
tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Mengajar bukanlah memupuk memori
anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan
potensi yang ada dalam diri anak.
c) Belajar berkat insight
insight
adalah pemahamn terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu
persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui
persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna
untuk menghadapi setiap masalah.
d) Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman
adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku
individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalamanmasa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan.
Proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang
bermakna untuk kehidupan anak.
b. Teori medan
Teori
medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori Medan menganggap bahwa belajar adalah
proses memecahkan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah
menurut Lewin dalam belajar adalah :
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif.
Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur
kognitif.
b) Pentingnya motivasi.Motivasi adalah faktor yang
dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena
adanya daya tarik tertentu.
c. Teori
Humanistik
Humanisme dipelopori oleh pakar
psikologi Carl Rogers dan Abraham Maslow. Humanisme berpendapap pembelajaran
manusia bergantung kepada emosi dan perasaannya. Menurut Rogers, semua manusia
yang lahir sudah membawa dorongan untuk meraih sepenuhnya apa yang diinginkan
dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka sendiri. Rogers,
seorang psikoterapis, mengembangkan person-centered therapy, suatu pendekatan
yang tidak bersifat menilai ataupun tidak memberi arahan yang membantu klien
mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya fasilitasi
proses memperbaiki kondisinya. Hampir pada saat yang bersamaan, Maslow mengemukakan
teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang
bersifat hierarkhis. Pada bagian paling bawah dari hirarkhi ini adalah kebutuhan-kebutuhan
fisikal seperti rasa lapar, haus, dan mengantuk. Di atasnya adalah kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, dan kepercayaan diri yang
berkaitan dengan kebutuhan akan status dan pencapaian. Ketika berbagai
kebutuhan ini terpenuhi, Maslow yakin, orang akan meraih aktualisasi diri,
suatu puncak pemenuhan kebutuhan dari seseorang. Sebagaimana kata Maslow,
“Seorang musisi haruslah mencipta lagu, seorang pelukis harus melukis, seorang
penyair harus menulis puisi, jika ia ingin damai dengan dirinya. Apa yang ia
mampu lakukan, ia harus lakukan.” Gagasan lain dari humanisme dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki kapasitas
untuk berkembang.
2. Setiap orang memiliki kebebasan
untuk memilih tujuan hidupnya.
3. Humanisme menekankan pentingnya
kualitas hidup manusia.
4. Setiap orang memiliki kemampuan untuk
memperbaiki kehidupannya.
5. Persepsi pribadi seseorang
terhadap dirinya sendiri lebih penting dari lingkungan.
6. Setiap orang memiliki potensi untuk
memahami dirinya sendiri.
7. Setiap orang seharusnya
memberikan dukungan pada orang lain sehingga semua memiliki citra diri yang
positif serta pemahaman diri yang baik.
8. Carl Rogers menekankan
pentingnya suasana lingkungan yang hangat dan bisa menjadi terapi.
9. Abraham Maslow berpendapat bahwa
potensi kita sesunggahnya tidak terbatas.
10. Terjadinya kebersamaan
disebabkan adanya persepsi positif satu sama lain.
11. Rogers berpendapat bahwa
seseorang akan tidak mempercayai hal-hal positif dari dirinya dan rasa percaya
dirinya rendah bila ada anggapan positif orang lain namun bersyarat.
12. Konsep-diri adalah bagaimana
seseorang mengenal potensinya, perilakunya, dan kepribadiannya.
13. Realita adalah bagaimana
sesungguhnya diri seseorang sedangkan idealisme adalah bagaimana seseorang menginginkan
dirinya menjadi apa.
14. Anggapan positif tanpa syarat,
ketulusan dan empati membantu memperbaiki hubungan seseorang dengan orang lain.
15. Seseorang akan bermanfaat bagi
orang lain apabila terbuka terhadap pengalaman, tidak terlalu mementingkan
diri, peduli pada sekitarnya, dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang
lain.
16. Aktualisasi diri adalah
dorongan untuk mengembangkan potensi secara penuh sebagai manusia dari diri
seseorang.
Salah satu kritikus terhadap
humanisme mengatakan adalah sulit untuk mengukur aktualisasi diri. Ada juga
yang berpendapat humanisme terlalu optimis dalam memandang manusia. Yang lain
lagi mengatakan humanisme membangkitkan rasa kekaguman pada diri sendiri.
c. Teori
Konstruktivistik
Teori
konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget
berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang
dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi penegetahuan yang bermakna.Pengetahuan
tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
Mengkonstruksi
pengetahuan menurut piaget dilakukan melalui
proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema
adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses
perubahan skema.
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar
adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Dalam penerepannya, kita
membutuhkan suatu strategi pembelajaran sehingga materi yang akan disampaikan
guru dapat diterima secara maksimal. Mulai merancang strategi dari awal
kegiatan belajar sampai dengan selesai.
Dalam eksekusinya seorang guru
membutuhkan teori-teori belajar sebagai refrensi.
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang
saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Peranan/fungsi teori belajar adalah sebagai
kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir inforasi tertentu,
mengungkapkan kekompleksan peristiwa-peristiwa yang kelihatannya sederhana,
mengorganisasi kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya, sebagai kerangka kerja
untuk penelitian, berarti teori belajar dapat digunakan untuk mencegah
praktek-praktek pengumpulan data yang tidak memberikan sumbangan bagi pemahaman
peristiwa.
Dengan
adanya teori belajar guru bisa memanfaatkan teori tersebut untuk menjadi guru
yang professional. Misalnya dalam menerumuskan tujuan pembelajaran yang tepat,
memilih strategi yang sesuai, memberikan bimbingan atau konseling,
memfasilitasi, dan memotivasi belajar
peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi dengan
siswa secara tepat, dan memberi penilaian secara adil terhadpa hasil
pembelajaran sehingga memberikan dampat yang positif bagi siswa.
Daftar Pustaka
Fudyartanto,Ki
RBS.2002.Psikologi Pendidikan.Jogjakarta: Global Pustaka Utama.
Sanjaya, Wina.
2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidkan. Jakarta:
Kencana
Syah, Muhibbin.2008.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Roskarya.
0 komentar:
Posting Komentar