Minggu, 31 Maret 2013

Teori Belajar


PENDAHULUAN
            Dalam  rangka meningkatkan kemampuan pendidik, guru harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi sebagai guru. Guru harus mempunyai bekal yang cukup untuk mengajar siswa. Bukan hanya bekal pengetahuan , namun guru juga harus mempunyai tingkah laku yang baik , ini berkaitan dengan tugas guru sebagai pendidik. Seharusnya ada perhatian yang khusus terhadap kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.

Untuk menunjang kualitas pendidikan, perlunya teori belajar untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas. Teori belajar yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata, padahal sebuah teori belajar sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia Belajar. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi teori kedua dan seterusnya sehingga adanya varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana bahkan menjadi teori tersendiri. Namun yang lebih penting adalah teori mana yang sesuai dan baik untuk diterapkan. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hal-hal yang terkait dengan teori belajar adalah teori belajar harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah. Teori belajar juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan, hubungan yang optimal, dan teori belajar juga terkait dengan penghargaan dan hukuman.
Dalam makalah ini akan dibicarakan khusus beberapa teori belajar dalam Proses Beajar dan Mengajar (PMB). Hal terakhir ini sangat penting terutama bagi para pendidik dan calon-calon pendidik. Teoritika belajar merupakan pembahasan beberapa teori belajar. Suatu teori belajar merupakan pembahasan beberapa teori belajar. Suatu teori belajar bermaksud menjelaskan apa sebenarnya proses belajar itu. Tetapi teori belajar selain menjadi pegangan dapat juga dipraktekkan dan dapat diuji oleh peneliti yang berkepentingan.
Proses belajar sendiri tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi melalui manifestasi dari kegiatan belajar pada seseorang. Hal demikian ini menjadi pensifatan atribut belajar yang pertama. Pensifatan kedua adalah bahwa belajar itu menghasilkan perubahan yang permanen pada perilaku individu. Perubahan-perubahan perilaku belajar tidak mencakup karena sakit,lelah, mabuk karen mabuk karena intoksinasi (keracunan) dan karena kedewasaan. Ketiga, belajar disifati oleh adanya latihan dan pengalaman. Belajar harus mengalami, dan melakukan latihan-latihan.
Oleh karena itu, ada banyak ahli yang mengemukakan tentang teori belajar. Atas dasar itulah penulis mengemukakan beberapa teori belajar yang banyak digunakan. 
 
 
ISI
 Teori-teori Belajar
            Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari peengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan: “Learning is the process by wich and activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the naural environment) as distinguished from changes by factors not artibutable to training.” Bagi hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
            Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri sesorang, sehinggan menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena danya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Proses balajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan.
            Menurut aliran Bahavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimuilus dan Respon(S-R). Oleh karena itu, teori ini jugan dinamakan teori Stimulus-Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
            Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dsn penenmuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar
Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik di antaranya :
a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike
b. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh skinner
d. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull
e. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.

            Teori-teori yang termasuk ke dalam keompok kognitif holistic di antaranya:
a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer.
b. Teori medan (field Theory), dengan tokohnya Lewin.
c. Teori Organismik  yang dikembangkan oleh Wheeler.
d. Teori Humanistik, dengan tokohnya Maslow dan Rogers.
e. Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.

1. Beberapa Teori Belajar Behavioristik
a. Teori belajar Koneksionisme
            Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Thorndike sekitar tahun 1913.Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons.
Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. Dalam teori koneksionisme Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut :H
a) Hukum kesiapan (law of readiness)
            Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah : pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespons atau bertindak, maka tindakan atau respons yang dilakukannya akan memberi kepuasan, dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseoarang memiliki kesiapan untuk merespons, kemudian tidak dilakukannya, maka dapat mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika sesorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons, maka respons yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan. Implikasi praktis dalam hukum ini adalah, keberhasilan belajar sesorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
b) Hukum latihan (law of exercise)
            Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons . Hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang ) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat Karena latihan (law of use); dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan (law of disuse).
             Hukum ini menunjukkan bahwa hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat manakala terus-menerus dilatih atau diulang; sebaliknya hubungan stimulus respons akan semakin lemah manakala tidak pernah diulang. Implikasi dalam hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang, maka alkan semakin dikuasailah pelajaran itu.

c) Hukum akibat (law of effect)
            Hukum ini menunjukkan kepada kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Apabila respons yang ditimbulkan seseorang mendatangkan kesenangan, maka respons tersebut akan dipertahankan atau diulang;sebaliknya, apabila respons yang diberikan mendatangkan atau diikuti oleh akibat yang tidak mengenakkan , maka respons tersebut akan dihentikan dan tidak akan diulangi lagi. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar  seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya, contohnya dengan memberikan hadiah atau pujian. Sebaliknya , apabila kita mengaharapkan seseorang untuk tidak mengulangi respons yang diberikan, maka harus diberi sesuatu yang tidak menyenangkannya contohnya dengan member hukuman.
            Konsep penting dari teori belajar koneksionismne Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada maka apa yang di pelajari tidak akan bermakna. Oleh karena itu, apa yang di pelajari oleh siswa di sekolah harus berguna dan dapat di gunakan di luar sekolah .
b. Teori Belajar Classical Conditioning
            Seperti hal nya Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan prilaku perlu di bantu dengan kondisi tertentu.
Dari experiment dengan menggunakan anjing dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus di lakukan secara berulang- ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menemukan tingkah laku itu.
c. Operant Conditioning
            Teori operan Conditioning yang di kembangkan oleh Skinner merupakan pengembangan dari teori Stimulus Respons. Berbeda dengan teori-teori yang telah tokoh-tokoh yang lain, Skiner membedakan dua macam respons, yakni respondent response (reflexive response) dan operant response (instrumental response). Respondent response adalah response yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya perangsang stimulus makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respone ini bersifat tetap. Artinya setiap ada stimulus semacam itu akan muncul respone tertentu. Dengan demikian, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
            Operant response atau instrumental response adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian yang disebut renforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah di lakukan organisme. Jadi dengan demikian, perangsang tersebut mengikuti dan memperkuat suatu tingkah laku yang telah ditentukan. Misalnya jika seseorang telah belajar melakukan sesuatu  lalu mendapat hadiah sebagai renforcer, maka ia akan menjadi lebih giat dalam belajar.
            Pada perilau manusia respondent response bersifat sangat terbatas oleh karena itu sangat kcil  untuk dimodifikasi. Sebaliknya, operant response atau instrumental response sifatnya tidak terbatas, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat dimodifikasi sangat besar. Dengan demikian, untuk  mengubah tingkah laku kita dapat menggunakan instrumental response.
            Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di response, perlu diberikan hadiah (resfoncer) agar tingkah laku itu terus menerus diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku yang selanjutnya sampai akhirnya pada pembenyukan tingkah laku puncak yang diharapkan.
            Setiap komponen atau tingkah laku yang spesifik yang telah di respons anak perlu diberikan hadiah atau penguatan yang akan menimbulkan rasa senang. Dengan demikian, anak akan terus mengulang perilaku tersebut dan melanjutkan pada komponen perilaku berikutnya. Munculnya berbagai pendekatan baru dalam pngajaran seperti pengajaran berprogram, pengajaran dengan bantuan computer (computer assisted instruction), mengajar dengan menggunakan mesin (teaching machine), semuanya berangkat dari konsep skinner
d. Systematic behaviour
Tokoh Clark L.Hull pada tahun (1804-1952) seorang guru besar di Universitas Yale USA, menyistematisir teori-teori belajar yang ada sebelumnya menjadi suatu unit teori dengan memegang kebaikan-kebaikan teori sebelumnya dan mengatasi kelemahan-kelemahannya. Teorinya mendasarkan pada tingkah laku yang diselediki dengan hubungan perkuatan stimulus-respon. Menurut pandangan ini, belajar tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi karena adanya hubungan S-R, perilaku juga dipengaruhi oleh suatu proses yang terjadi dalam diri organisme, yang tidak dapat diamati. Varibel ini kemudian dikenal dengan nama variabel intervening (intervening variable). Persamaan teorinya dengan teori sebelumnya adalah sebagai berikut:
1.      Berdasarkan asosiasi S-R.
2.      Berdasarkan cara melangsungkan hidup.
3.      Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
4.      Orientasinya kepada teori Pavlov.
e. Teori belajar kontiguitas S-R (Stimulus-Respon)
Teori belajar kontiguitas S-R yang dikembangkan oleh E.R Guthrie pada tahun (1886-1959) bahwa , prinsip kontiguitas adalah kombinasi stimuli yang telah menghasilkan respon diteruskan sehingga stimulus yang dikontigukan tetap menghasilkan respon tadi.
            Di dalam teori belajarnya, Guthrie berpendapat bahwa organisme merespon kepada perangsang-perangsang dengan kontraksi otot-otot dan pengeluaran getah kelenjar-kelenjar. Respon semacam itu disebut dengan gerakan-gerakan. Guthrie mengatakan, bahwa suatu tindakan terdiri atas serentetan kontiguitas
2. Teori-teori Belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
            Teori Gestalt termasuk pada kelompok aliran kognitif holistik. Teori Gestalt di kembangkan oleh Koffka, kohler, dan Wertheimer. Menurut teori Gestalt, beljar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori Behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku.
Insight yang merupakan inti dari belajar menurut Gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesies) nya.
b) Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
d) Pengertian merupakan inti dari Insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi situasi yang berlainan.
e) Apabila insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk mengahadapi persoalan dalam situasi lain. Di sin I terdapat semacam tranfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah materi yang dipelajari , tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui insight.
Prinsip penerapannya (Nasution) :
a) Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Teori Gestalt menganggap bahwa justru keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya berarti apabila ada dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b) Anak yang belajar merupakan keseluruhan
             Prinsip ini mengandung penegrtian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Mengajar bukanlah memupuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas, tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada dalam diri anak.
c) Belajar berkat insight
            insight adalah pemahamn terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah.
d) Belajar berdasarkan pengalaman
            Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalamanmasa  lalu yang secara terus-menerus disempurnakan. Proses membelajarkan adalah proses memberikan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
b. Teori medan
            Teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori Medan menganggap bahwa belajar adalah proses memecahkan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut Lewin dalam belajar adalah :
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif.
b) Pentingnya motivasi.Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.
c. Teori Humanistik
Humanisme dipelopori oleh pakar psikologi Carl Rogers dan Abraham Maslow. Humanisme berpendapap pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaannya. Menurut Rogers, semua manusia yang lahir sudah membawa dorongan untuk meraih sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka sendiri. Rogers, seorang psikoterapis, mengembangkan person-centered therapy, suatu pendekatan yang tidak bersifat menilai ataupun tidak memberi arahan yang membantu klien mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya fasilitasi proses memperbaiki kondisinya. Hampir pada saat yang bersamaan, Maslow mengemukakan teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat hierarkhis. Pada bagian paling bawah dari hirarkhi ini adalah kebutuhan-kebutuhan fisikal seperti rasa lapar, haus, dan mengantuk. Di atasnya adalah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, dan kepercayaan diri yang berkaitan dengan kebutuhan akan status dan pencapaian. Ketika berbagai kebutuhan ini terpenuhi, Maslow yakin, orang akan meraih aktualisasi diri, suatu puncak pemenuhan kebutuhan dari seseorang. Sebagaimana kata Maslow, “Seorang musisi haruslah mencipta lagu, seorang pelukis harus melukis, seorang penyair harus menulis puisi, jika ia ingin damai dengan dirinya. Apa yang ia mampu lakukan, ia harus lakukan.” Gagasan lain dari humanisme dapat diringkas sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki kapasitas untuk berkembang.
2. Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih tujuan hidupnya.
3. Humanisme menekankan pentingnya kualitas hidup manusia.
4. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kehidupannya.
5. Persepsi pribadi seseorang terhadap dirinya sendiri lebih penting dari lingkungan.
6. Setiap orang memiliki potensi untuk memahami dirinya sendiri.
7. Setiap orang seharusnya memberikan dukungan pada orang lain sehingga semua memiliki citra diri yang positif serta pemahaman diri yang baik.
8. Carl Rogers menekankan pentingnya suasana lingkungan yang hangat dan bisa menjadi terapi.
9. Abraham Maslow berpendapat bahwa potensi kita sesunggahnya tidak terbatas.
10. Terjadinya kebersamaan disebabkan adanya persepsi positif satu sama lain.
11. Rogers berpendapat bahwa seseorang akan tidak mempercayai hal-hal positif dari dirinya dan rasa percaya dirinya rendah bila ada anggapan positif orang lain namun bersyarat.
12. Konsep-diri adalah bagaimana seseorang mengenal potensinya, perilakunya, dan kepribadiannya.
13. Realita adalah bagaimana sesungguhnya diri seseorang sedangkan idealisme adalah bagaimana seseorang menginginkan dirinya menjadi apa.
14. Anggapan positif tanpa syarat, ketulusan dan empati membantu memperbaiki hubungan seseorang dengan orang lain.
15. Seseorang akan bermanfaat bagi orang lain apabila terbuka terhadap pengalaman, tidak terlalu mementingkan diri, peduli pada sekitarnya, dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang lain.
16. Aktualisasi diri adalah dorongan untuk mengembangkan potensi secara penuh sebagai manusia dari diri seseorang.
Salah satu kritikus terhadap humanisme mengatakan adalah sulit untuk mengukur aktualisasi diri. Ada juga yang berpendapat humanisme terlalu optimis dalam memandang manusia. Yang lain lagi mengatakan humanisme membangkitkan rasa kekaguman pada diri sendiri.
c. Teori Konstruktivistik
            Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi penegetahuan yang bermakna.Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
            Mengkonstruksi pengetahuan menurut piaget dilakukan melalui  proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.
PENUTUP
Kesimpulan
            Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Dalam penerepannya, kita membutuhkan suatu strategi pembelajaran sehingga materi yang akan disampaikan guru dapat diterima secara maksimal. Mulai merancang strategi dari awal kegiatan belajar sampai dengan selesai.
Dalam eksekusinya seorang guru membutuhkan teori-teori belajar sebagai refrensi. Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Peranan/fungsi teori belajar adalah sebagai kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir inforasi tertentu, mengungkapkan kekompleksan peristiwa-peristiwa yang kelihatannya sederhana, mengorganisasi kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya, sebagai kerangka kerja untuk penelitian, berarti teori belajar dapat digunakan untuk mencegah praktek-praktek pengumpulan data yang tidak memberikan sumbangan bagi pemahaman peristiwa.
            Dengan adanya teori belajar guru bisa memanfaatkan teori tersebut untuk menjadi guru yang professional. Misalnya dalam menerumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, memilih strategi yang sesuai, memberikan bimbingan atau konseling, memfasilitasi, dan  memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi dengan siswa secara tepat, dan memberi penilaian secara adil terhadpa hasil pembelajaran sehingga memberikan dampat yang positif bagi siswa.



Daftar Pustaka
Fudyartanto,Ki RBS.2002.Psikologi Pendidikan.Jogjakarta: Global Pustaka Utama.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidkan. Jakarta: Kencana
Syah, Muhibbin.2008.Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Roskarya.





0 komentar:

Posting Komentar